expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Rabu, 26 Maret 2014

Sepenggal cerita dari Penelitian #2

Penelitian di kampung halaman itu memang lebih banyak enaknya daripada enggak enaknya. Seperti misalnya di tempat saya penelitian yaitu di Sungai Penuh, Kerinci. kenapa demikian?
Masyarakat Kerinci dikenal memiliki sistem kekerabatan dan kekeluargaan yang tinggi. Kalau melihat dari keturunannya mereka menarik garis keturunan dari sisi Ibu/perempuan (Matrilineal). Bisa diliat dari rumah tradisional mereka yang disebut rumah larik memanjang saling sambung menyambung antara tiap rumah. ini salah satu contoh bahwa sejak dulu mereka hidup dari sistem kekeluargaan yang sangat erat.

Nah, kembali kepada kenapa saya bilang banyak enaknya penelitian di kampung halaman?
Entah memang saya yang beruntung punya keluarga yang dikenal 'seantero' kota ini atau memang orang-orang (asli Kerinci) di kota ini memang saling kenal-mengenal. Setiap saya ke lapangan untuk survei atau mengambil data, kalau bertemu dengan masyarakat setempat maupun pegawai di dinas-dinas pasti ditanyain "kamu anak siapa?" lalu saya sebut nama Ibu saya atau nenek saya. sebagian besar orang yang saya temui pasti kenal ibu atau nenek saya. ada yang masih satu garis keturunan rupanya, ada juga teman sekolah ibu saya dulu, ada yang mantan murid nenek saya dulu, macem-macem kaitannya. Bahkan semua narasumber ahli sejarah dan budaya Kerinci yang saya temui untuk wawancara itu kenal dan masih memiliki hubungan keluarga dengan ibu dan nenek saya. Alhamdulillah, semua yang saya ingin kerjakan menjadi lebih mudah dan dimudahkan oleh orang-orang tersebut. Baik narasumber maupun pegawai di dinas-dinas pemerintahan mempermudah saya untuk mendapatkan data. DItambah lagi dengan paman saya yang menjabat sebagai ketua lembaga adat kota Sungai Penuh, siapa yang tidak kenal dengan beliau saat ini. Beginilah enaknya penelitian di tempat sendiri yang sudah mengenal seluk beluk daerah penelitian dan dibantu pula oleh sanak keluarga dan kerabat secara tidak langsung. Bersyukur rasanya memiliki keluarga dan kampung halaman yang memiliki kekerabatan dan kekeluargaan yang tinggi seperti ini. kalau seandainya saja saya penelitian di tempat lain mungkin tidak akan berjalan semudah ini. Suatu saat mungkin harus cari tantangan baru penelitian dengan sesuatu yang baru dan ditempat yang baru :)

Jumat, 14 Maret 2014

Sepenggal cerita dari Penelitian #1

Mau cerita sedikit tentang penelitian saya yang sedang saya lakukan di Kota Sungai Penuh.
Hal-hal yang terkait dengan sejarah-budaya biasanya memang tidak terlepas dari masalah mitos, kepercayaan, dan mistis. Nah, kali ini saya mau bercerita tentang salah satu makam nenek moyang yang terdapat di permukiman rumah larik Pondok Tinggi. Makam ini adalah makam "Nenek Baju Besi" , merupakan nenek moyang salah satu larik di Pondok Tinggi. Setiap Larik atau luhah biasanya memiliki makam nenek moyangnya masing-masing di dalam larik. Tapi yang satu ini sangat berbeda, berbeda maksudnya adalah makam ini sangat keramat. Nenek Baju Besi ini dahulunya adalah seorang hulu balang. Hulu balang menurut kamus bahasa Indonesia artinya kepala laskar, pemimpin pasukan, kepala negri, atau prajurit. Menurut masyarakat setempat, roh nenek moyang mereka ini sangat "pemarah" dan sering "mengamuk" jika diganggu. Kejadian terakhir yaitu saat masyarakat mencoba memindahkan makamnya ke area dekat masjid, pada saat itu roh Nenek Baju Besi ini masuk ke dalam tubuh seseorang dan mengamuk untuk tidak dipindahkan. Ada kepercayaan juga dari masyarakat kalau kebakaran yang terjadi di rumah larik bulan Juni 2013 lalu saat berlangsung perdebatan antara pemangku adat adalah "ulah" dan peringatan dari nenek ini. Saat saya sedang mengambil data, saya dianjurkan untuk meminta ijin terlebih dahulu walaupun hanya untuk mengambil foto makamnya. Karena beberapa hari sebelumnya ada anak sekolahan yang datang mengambil foto untuk tugas sekolah tanpa ijin dan langsung kerasukan, kalau sudah kerasukan sangat susah untuk "diusir" kembali saking kuatnya roh nenek ini. Alhamdulillah waktu mengambil foto saat itu, dengan minta ijin terlebih dahulu seakan-akan saya berdialog dengan roh nenek ini tidak terjadi hal yang saya khawatirkan. Di bawah ini gambar makam Nenek Baju Besi:


Minta ijin: "Nek, mok nganggu akau, akau dek ajoing kahoi, akau cuma ndok numpang moto"
("nek, jangan ganggu aku, aku jarang kesini, aku cuma mau ngambil foto")

Sebenarnya dari dulu saya sudah diajarkan kalau pergi ke suatu tempat khususnya di Kerinci yang belum pernah saya kunjungi sebelumnya  maka saya harus minta ijin seolah berbicara langsung dengan penghuni tempat tersebut. Karena tidak jarang banyak orang yang tanpa minta ijin akhirnya kesurupan, sakit, dan sebagainya. Kerinci memang dari dahulu terkenal dengan hal-hal mistis seperti ini. Banyak juga orang bilang kalau orang Kerinci itu terkenal dengan dukunnya yang kuat :p sama dengan daerah Banten kalau di Jawa. Ada cerita juga dari adik kelas yang waktu TPB di asrama suatu malam dia pernah kerasukan roh nenek moyangnya yang di Kerinci padahal si anak lagi di Bogor :o percaya gak percaya sih, tapi saat itu memang bicaranya pakai bahasa Kerinci dan susah untuk mengusir roh yang masuk pada waktu itu. Beruntung ada SR asrama waktu itu yang juga orang Kerinci menolong. Tadinya mau cerita cuma 1 paragraf ternyata jadi panjang juga,hehe..ok cukup sekian dulu cerita dari penelitian, besok-besok dilanjutkan lagi... :)

Selasa, 11 Maret 2014

Akhirnya ketemu juga sama si Plagiat!

Kalau masih ingat dengan postingan saya di bulan September 2013 lalu yaitu tentang plagiarisme yang saya alami, nah skg saya punya cerita terbaru terkait hal ini.

Minggu lalu saya bersama adik kelas saya Yoni arl angkatan 47 yang juga sedang penelitian di kota Sungai Penuh ingin mewawancarai salah seorang narasumber. Saat saya tanya siapa nama narasumber tersebut,  Yoni bilang kalau namanya pak 'B' (tidak perlu saya sebut namanya). Otomatis saya teringat dengan nama yang sudah melakukan plagiarisme terhadap karya tulis saya. saya semakin penasaran seperti apa dan siapa dia sebenarnya. Siang itu kita janjian bertemu beliau di suatu tempat (gedung). Beliau sudah cukup berumur, dari yang saya lihat mungkin sekitar 40 tahunan. 
DI gedung itu kami berkenalan dan beliau sangat baik dan menerima kami. Diskusi dan tanya jawab pun dimulai. 
Beliau ternyata sudah banyak menulis buku baik yang dipublikasikan secara lokal maupun nasional khususnya tentang sejarah dan budaya Kerinci. Beliau juga banyak memiliki dokumen tentang hal tersebut. Kebetulan di tempat kami mewawancarai beliau terdapat buku yang sedang tergeletak di lantai dengan judul Arsitektur Tradisional blablabla...Kerinci...saya tidak begitu ingat persisnya. Otomatis saya sangat tertarik dengan buku ini karena sangat terkait dengan penelitian saya. Buku ini adalah salah satu buku terbitan beliau tahun 2012 atau 2013 saya lupa. Alangkah kagetnya saya saat melihat di dalam bagian buku ini ada 2 penggal paragraf tulisan skripsi saya yang sama persis dengan yang beliau 'contek' dan tulis di website indonesia-heritage.net :o dan dibuku itu juga tidak ada sitasi atau nama saya di daftar pustakanya. Ternyata dia tidak hanya 'mencuri' tulisan saya untuk ditulis di website tetapi juga di buku. :/ Tidak ada yang bisa saya perbuat, mau memberi tahu juga bukunya udah terlanjur terbit. kegiatan wawancara saat itu pun sangat tidak memuaskan bagi saya dan yoni. Sedikit sedikit beliau menyuruh kami untuk membaca saja buku-bukunya. padahal banyak hal lain diluar itu yang perlu kami ketahui untuk penelitian kami. Respek saya berkurang karena kekecewaan dan ketidakpuasan hasil wawancara tadi. Alhasil setelah sekitar 2 jam kami pulang dengan tidak mendapatkan data apa-apa sama sekali. Cukup tahu saja kalau ada orang yang seperti itu yang membangga-banggakan hasil buku-bukunya dan penghargaan yang sudah didapatnya tapi di dalam bukunya ada hasil karya orang lain yang harusnya dia hargai walaupun itu hanya 2 paragraf.
Bagi saya ini adalah pelajaran untuk tidak pernah mempublikasikan hasil karya tulis di media apapun sebelum benar-benar untuk publikasi ilmiah dan selalu untuk menghargai karya tulis orang lain walaupun hanya mengambil 1 kata.

Jumat, 07 Maret 2014

Kondisi SMAN 2 Sungai Penuh Pasca Kebakaran

Kondisi lorong masuk menuju halaman dalam sekolah

Deretan ruang kelas yang habis terbakar

Dua ruang kelas pertama yang habis terbakar

Kantin yang masih dibatasi dengan garis polisi

Kantin di sudut sekolah yang menjadi sumber api

Api cepat menjalar melalui atap loteng yang terbuat dari triplek

Tumpukan bangku dan meja sekolah yang sempat diselamatkan saat kejadian

Mushola di sudut sekolah juga tidak luput dari api

View dari halaman dalam sekolah, terlihat barisan kelas habis terbakar

Ruang guru di bagian depan juga hangus sebagian


SMAN 2 hanya tersisa 8 ruang kelas yang masih bisa digunakan oleh siswa


Sumber: Dokumentasi pribadi
Waktu : Jumat, 7 Maret 2014 

Rabu, 05 Maret 2014

Musibah Kebakaran SMAN 2 Kota Sungai Penuh

Peristiwa kebakaran ini terjadi hari selasa malam (4 Maret 2014) sekitar pukul 20.30 WIB.
Kebetulan saya tinggal dirumah dinas Dolog (Depot Logistik) yang bersebelahan dengan SMAN 2 Sungai Penuh. kronologisnya sekitar pukul 20.30 WIB saya sedang berada di dalam rumah bersama kakak dan abang sepupu. Abang sepupu saya saat itu kebetulan sedang berada dihalaman depan rumah melihat asap dan cahaya terang dari sebelah. Antara rumah dan SMAN 2 ini dibatasi oleh 2 tembok pemisah yang berjarak 2 meter. Seketika itu spontan abang sepupu saya masuk kerumah dan mengabari kalau di sebelah (SMAN 2) terjadi kebakaran. Saat itu juga kebetulan saya sedang mencharge kamera digital yang langsung saya ambil dan berlari keluar untuk melihat. Dari luar rumah saya melihat asap mulai banyak dan kemudian saya berlari keluar komplek rumah dinas menuju ke SMAN 2 yang tepat berada di sebelahnya. saat itu disana masih sepi hanya beberapa orang yang datang ke lokasi perkiraan saya ada sekitar 10-20 orang dan kemungkinan adalah masyarakat yang tinggal disekitar. Saat saya sudah masuk hingga ke halaman tengah sekolah, saya melihat api sudah mulai melahap 1 ruang kelas yang berada di sebelah kantin. sementara kantin sekolah sudah duluan habis terbakar. Ada dugaan api berasal dari kantin ini, pada saat saya disana api masih belum terlalu besar. sekitar 5-10 menit saya berada disana barulah 3 buah unit mobil pemadam kebakaran datang. tidak banyak yang bisa dilakukan oleh masyarakat yang ada disana termasuk saya untuk membantu karena ketiadaan peralatan. 

Proses pemadaman mulai dilakukan oleh tim damkar, namun tidak cukup berdaya karena api telah membesar. dalam sekejap lokasi sudah dipenuhi oleh masyarakat yang ingin melihat kejadian secara langsung. hal ini sempat menyulitkan petugas dan mobil damkar untuk masuk ke lokasi. Jalanan di depan sekolah berubah jadi ramai dan macet walaupun sudah dibantu oleh pihak kepolisian. ketika 3 unit mobil ini sudah kehabisan air dan pergi, api terus melahap ruang-ruang kelas yang ada. saya pun sempat mendokumentasikan proses pemadaman dan dahsyatnya api yang melahap sekolah ini walaupun dalam kondisi kamera digital sedang lowbat. Api semakin menjadi-jadi setelah sekitar setengah jam. Mushola dan ruang kelas yang berada disisi tembok dekat rumah saya mulai terbakar. saya pun baru sadar kalau rumah dinas tempat saya tinggal bersama kakak sepupu bisa saja terkena imbasnya. saya langsung berlari pulang menuju kembali ke rumah. Sesampainya dirumah, abang sepupu saya sudah mengeluarkan semua barang-barang berharga termasuk laptop dan tas saya yang isinya pakaian dan bahan-bahan penelitian saya. Kondisi saat itu listrik sudah dipadamkan oleh PLN sehingga kami mengeluarkan barang-barang dengan bantuan lampu senter. Beruntung mobil damkar dan water canon yang siaga sudah standby di halaman depan rumah dan menyiram sisi rumah dan mushola yang berbatasan langsung dengan pagar tembok rumah kami. selamatlah rumah kami dari lalapan api tersebut. Api berhasil dijinakkan sekitar pukul 11an malam. namun, hingga pukul 1 dinihari petugas masih melakukan penyiraman untuk mencegah terjadinya api yang disebabkan oleh bara api yang tersisa. saya pun baru bisa tidur sekitar jam 1 dinihari dengan kondisi listrik masih padam dan tetap waspada.

Berikut saya perlihatkan beberapa hasil dokumentasi saya pada saat kejadian berlangsung,













Minggu, 02 Maret 2014

Masjid Agung Pondok Tinggi, Kota Sungai Penuh


Masjid Agung Pondok Tinggi adalah salah satu peninggalan sejarah yang terdapat di pusat Kota Sungai Penuh. Masjid ini berdiri pada abad ke-18 atau tepatnya hari Rabu tanggal 1 Juni 1874. Hari Rabu dipilih karena pertimbangan sebagai hari terbaik untuk mendirikan rumah/bangunan. Masjid ini saat ini sudah ditetapkan oleh pemerintah Kota Sungai Penuh sebagai Benda Cagar Budaya (BCB) berdasarkan SK Menteri Kebudayaan dan Pariwisata nomor KM.11/PW.007/MKP/2004.

Masjid ini berbentuk persegi empat dengan ukuran 28x28 m. Dinding terbuat dari papan dengan berbagai ukiran bermotif khas Kerinci. Masjid ini juga ditopang oleh tiang dengan jumlah 36 buah. Keistimewaan dari masjid ini yaitu dibangun tanpa menggunakan paku. Tiang-tiang dihubungkan dengan pasak kayu yang saling menopang satu sama lain. Atap masjid ini tidak berbentuk kubah melainkan berbentuk atap tumpang bersusun tiga dengan ujung atap yang semakin meruncing. Masjid Agung Pondok Tinggi juga tidak memiliki menara diluar seperti masjid-masjid lainnya. Masjid ini memiliki menara di dalam masjid seperti anjungan kecil yang dihubungkan dengan tangga. Menara dalam ini digunakan untuk mengumandangkan adzan. Di dalam masjid ini juga terdapat Tabuh Larangan berukuran besar dengan panjang 7,5 m dan diameter tabuh 1,15 m. Namun, pada tahun 2013 kemarin tabuh ini dipindahkan oleh masyarakat setempat ke bagian luar masjid berdampingan dengan makam nenek/leluhur yang berada tepat disamping masjid ini. Masjid ini status kepemilikannya adalah milik masyarakat, namun dalam pengelolaannya bekerjasama dengan pemerintah dan Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Jambi, Sumsel, dan Bengkulu. Selama ini Masjid Agung Pondok Tinggi sudah beberapa kali mengalami perbaikan atau renovasi untuk menjaga agar kondisi bangunan tetap lestari. 





Sabtu, 01 Maret 2014

Hari ke-1 Penelitian

1 Maret 2014 hari Sabtu, saya sudah tiba di kampung halaman di Kerinci sehari sebelumnya.
Hari Sabtu di awal bulan baru ini seharusnya menjadi hari pertama saya memulai kegiatan penelitian dengan melakukan pengamatan di lapangan. karena jadwal ini sudah ngaret sekitar 3 minggu dari jadwal yang seharusnya disebabkan ada kepentingan keluarga sewaktu masih dirumah di Muara Bungo kemarin yang tidak bisa ditinggalkan.

Di hari pertama ini rupanya juga tidak berjalan dengan baik, saya sendiri kebingungan harus memulai dari mana dan apa yang harus dilakukan terlebih dahulu dengan penelitian saya ini. pengambilan data di dinas-dinas terkait harus menunggu surat ijin penelitian yang dikeluarkan oleh Kesbangpol dan baru akan saya urus hari senin besok. kata teman saya sih suratnya baru jadi sekitar 1 minggu, maklum proses birokrasi dan ketidakprofesionalan pihak terkait membuat jadi lebih lama. Lalu, hari pertama ini saya berkunjung ke rumah ketua adat Limo Luhah yang juga merupakan paman saya sendiri untuk diskusi awal. Namun, rupanya paman saya tersebut sedang keluar kota ke Padang untuk 1-2 hari kedepan. Rencana A gagal, lalu rencana B saya yang ingin survei awal ke lokasi pada sore harinya juga gagal dikarenakan hujan. Alhasil, hari ini belum membuahkan hasil apa-apa.