expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Selasa, 07 Juli 2015

MY WEDDING 25042015

Sabtu, 25 April 2015

Persiapan yang dilakukan selama 4 bulan itu akhirnya berjalan dengan lancar dan memuaskan.
Ya..hari sabtu itu adalah hari pernikahan saya yang pertama dan terakhir. Saya dan istri sudah berpacaran selama 5,5 tahun sejak 2009. Acara pernikahan kami ini termasuk yang sederhana. Saya dan istri sudah mempersiapkannya sejak bulan Desember 2014 yang lalu. 
Dari awal kami mempersiapkan acara ini hanya berdua, karena kami memang tidak ingin merepotkan orang lain seperti saudara apalagi orang tua kami. Mulai dari menentukan tanggal, mencari gedung, menseleksi undangan, membeli suvenir, hunting salon dan dekorasi sampai katering, dan tentunya mempersiapkan budgetnya juga berasal dari usaha keras kami berdua. Orang tua, saudara, dan sanak famili kami hanya tinggal hadir saja pada saat acara. Persiapan itu kami lakukan di sela-sela pekerjaan kami pada saat hari kerja. Saat weekend sabtu dan minggu disitulah waktunya full bagi kami untuk mempersiapkan semuanya sampai yang detail-detail agar tidak terlewatkan. 

Persiapan yang agak merepotkan yang kami alami adalah mencari salon+dekorasi dan katering. setelah H-1 bulan barulah bisa menemukan salon,dekorasi, dan katering yang bagus dan sesuai dengan budget dari rekomendasi teman. Gedung akad dan resepsi yang kami gunakan adalah Gedung Dharmawanita Kota Tangerang yang berada di Jl. Kisamaun No.1 yang letaknya cukup strategis yaitu sangat dekat dengan stasiun KRL Tangerang. Selain itu juga terdapat Masjid Agung yang menjadi landmark sehingga mudah dicari. Gedung ini juga dekat dengan pasar lama dan kawasan Pecinan Tangerang. Gedung ini mampu menampung sekitar 200-300 undangan dan sudah sering digunakan sebagai tempat acara pernikahan. Sewa gedungnya pun tidak terlalu mahal masih sangat terjangkau.

Momen pernikahan ini sekaligus menjadi ajang silaturahmi bagi keluarga kami dengan saudara dan sanak famili yang sudah lama tidak bertemu. Acara ini juga dihadiri oleh teman-teman kuliah semasa S1 dan S2 saya serta rekan kerja istri saya di BRI. Acara kami berlangsung mulai dari pukul 8 pagi untuk akad dan resepsi dimulai dari pukul 11 hingga 13 siang. Setelah acara selesai, ada rasa kepuasan tersendiri karena upaya mempersiapkan acara ini sebaik-baiknya berakhir dengan lancar dan sesuai yang diharapkan. Pihak penyedia jasa salon, dekorasi dan kateringnya pun juga sangat kooperatif dengan kami sehingga tidak ada yang merasa dirugikan. :)













Selasa, 10 Februari 2015

Klinik Pengobatan Cik Man di Selangor, Malaysia

Kali ini saya mau berbagi cerita dan pengalaman tentang pengobatan tradisional yaitu klinik Cik Man yang berlokasi di Kota Kemuning, Shah Alam, Malaysia.
Klinik ini bernama pusat rawatan "Warisan Tradisional".
Alamat lengkapnya Jl Anggerik Dorotis BB 31/BB, Seksyen 31 Kota Kemuning 40460 Shah Alam Selangor Darul Ehsan, Malaysia.

Bulan Desember 2014 yang lalu saya bersama ibu membawa ayah untuk berobat kesana. Ayah saya menderita kanker stadium 3 dan menurut dokter di RS Jakarta harus dioperasi.
Karena tidak ingin melalui jalan operasi maka kami berniat mencoba jalan lain yaitu ke pengobatan alternatif/tradisional. Kebetulan ada keluarga yang keluhannya hampir sama dengan ayah saya dulu berobat ke klinik Cik Man ini dan sampai sekarang alhamdulillah sembuh. Karena kami tidak memiliki sanak saudara di Malaysia jadi untuk pengobatan ini kami memanfaatkan jasa calo yang ada disana. Calo ini sudah siap antar jemput bandara, mencarikan penginapan yang terdekat, dan siap mengantri untuk mendapat antrian awal. klinik Cik Man ini hampir setiap hari selalu dibanjiri oleh pasien yang sudah mengantri dari subuh. Untuk menggunakan jasa calo ini kami harus mengeluarkan biaya sekitar 3jt rupiah. Penginapan yang disiapkan sangat dekat dengan klinik, hanya perlu jalan kaki karena cuma berjarak 50 meter saja. Jadi penginapan ini seperti sebuah flat yang terdiri dari beberapa kamar dan terdapat ruang tv, ruang makan, kamar mandi, dan dapur bersama. Biaya untuk penginapan ini sekitar 300rb/malam/kamar (1 kamar 2 bed). Di sekitar penginapan dan klinik ini juga terdapat beberapa warung makanan dan minimarket, jadi tidak perlu khawatir.

    Ruang TV                                          Lorong antar kamar


    Kamar tidur                                        2 kamar mandi


    Dapur                                                Kamar mandi



    Ruang makan

Oia, saran saya sebelum membawa keluarga untuk berobat kesana pastikan dulu bahwa klinik Cik Man beroperasi dalam minggu itu melalui telpon. Karena biasanya jika hari senin Cik Man tidak masuk membuka praktek maka dalam satu minggu itu dia tidak akan beroperasi sama sekali. Cik Man biasanya tidak masuk praktek karena kurang fit atau sakit karena sering tidak makan seharian kalau sudah melayani ratusan pasien yang mengantri setiap harinya. Saya bersama orang tua saya waktu itu datang ke Malaysia hari Kamis, dan ternyata sesampainya disana Cik Man tidak praktek, jadi akhirnya kami harus menunggu sampai hari senin. Ternyata hari senin Cik Man juga belum masuk, hari selasanya baru Cik Man kembali membuka praktek melayani pasien. 

suasana antrian

Antrian panjang pukul 7.30

Pasien yang datang dari berbagai daerah ini sudah mengantri dari sejak jam 4 pagi. Waktu saya kesana mayoritas pasien adalah orang Indonesia ada yang dari Kalimantan, Sulawesi, Bandung, dan Jakarta. Karena saya menggunakan jasa calo, maka si calo inilah yang mengantri dari jam 4 di depan klinik untuk memastikan agar dapat antrian terdepan nantinya. Sistemnya tidak pakai antrian ketika masuk ke klinik, tetapi siapa yang dulu datang dan mengantri maka dialah yang duluan dilayani nanti. Klinik ini buka sekitar pukul 07.30 pagi. Ketika klinik akan dibuka, pasien dan keluarga yang mengantarkan sudah antri panjang didepan pintu dengan tertib. Kemudian masuk satu persatu untuk registrasi, lalu dipersilahkan ke ruang tunggu. Pasien dibagi menjadi 2 yaitu pasien yang pertama kali berobat, dan pasien yang akan operasi (sudah pernah diperiksa). Pasien yang pertama kali berobat nanti ruang tunggunya ada di lantai 2, jangan sampai terlewatkan ketika nama pasien dipanggil karena harus mengantri lagi esok harinya. Keluarga yang mengantarkan pasien juga jangan terlalu ramai karena ruang yang sempit dan pasien lain yang menunggu juga banyak. Setelah dipanggil ke ruangan pemeriksaan, Cik Man hanya memegang pergelangan tangan pasien, dan selang beberapa detik saja beliau langsung bisa mengetahui penyakit yang diderita pasien tanpa diberitahu sebelumnya. Menurut Cik Man, ayah saya sudah menderita kanker stadium 4 berbeda dengan diagnosa dokter di Jakarta. Sudah sangat parah dan harus segera di operasi oleh Cik Man. Operasi di klinik Cik Man ini sangat unik dan berbeda dari operasi di rumah sakit. Operasinya tanpa menggunakan bius, tanpa rasa sakit, tanpa waktu yang lama, dan pasien langsung bisa pulang setelah dioperasi. Menurut pengakuan beberapa pasien lainnya yang pernah mendengar atau melihat sendiri pasien yang telah dioperasi disini memang sulit dipercaya. Ada pasien yang datang menggunakan kursi roda, setelah dioperasi pulangnya langsung bisa berjalan sendiri. Ada yang tadinya kepalanya tidak bisa menoleh ke kiri dan kanan, setelah dioperasi sekarang bisa menggerakkan kepalanya lagi. Dan ada yang pernah operasi jantung, dari rumah sakit Jakarta jantungnya sudah dipasang beberapa cincin dan saat dioperasi oleh Cik Man cincin-cincin dijantung itu dilepas semua dan pasiennya sembuh dan masih hidup hingga sekarang. Pengobatan di klinik ini tidak ada menggunakan ilmu gaib atau ilmu hitam, Cik Man murni menggunakan kemampuan lebih yang dimilikinya untuk mengobati orang dengan seizin dari Allah SWT. 

Setelah diperiksa di ruang Cik Man, pasien diminta kembali lagi ke lantai 1 untuk membeli obat dan mengatur jadwal operasi. Tadinya saya ingin ayah saya langsung dioperasi hari itu juga karena kondisinya yang sudah sangat lemah, namun sayangnya jadwal operasi di klinik ini sudah penuh sekali bahkan ayah saya mendapat jadwal untuk operasi 4 bulan setelahnya yaitu di bulan April 2015. Agak kecewa rasanya harus menunggu terlalu lama sampai April untuk kembali lagi ke Malaysia membawa ayah saya. Demikian juga dengan pasien lainnya yang datang berobat pada hari itu juga mendapatkan jadwal operasi di bulan April. Untuk pembelian obat di lantai 1 akan dilayani oleh istri dari Cik Man yang dibantu 2 orang pegawainya. Untuk membeli obat diklinik ini harus merogoh kocek yang cukup besar, namun tergantung juga dari tingkat penyakitnya. Untuk membeli obat kanker ayah saya disini bisa menghabiskan ribuan ringgit (jutaan). Namun untuk biaya operasi disini lebih murah daripada biaya operasi di rumah sakit yang bisa menghabiskan puluhan sampai ratusan juta rupiah. Untuk operasi kanker di klinik ini kira-kira menghabiskan biaya operasi sekitar 1.5 - 3jt Rupiah saja. 

Hasil dari menunggu dari hari kamis untuk berobat ke Cik Man akhirnya hanya didapatkan kekecewaan menunggu jadwal operasi yang lama. Keesokannya saya dan ayah ibu pulang kembali ke Indonesia dengan membawa obat-obatan yang dibeli dari klinik. Semoga saja nanti di bulan April ketika saya dan ayah saya datang lagi kesana benar-benar mendapatkan pelayanan operasi seperti yang sudah dijadwalkan. Aamiin...

Sekian sedikit cerita dan bagi pengalaman dari saya, mungkin bisa bermanfaat bagi pembaca yang memiliki rencana membawa keluarga maupun kerabat untuk berobat kesana.

Rabu, 04 Februari 2015

Oktober yang Luar Biasa (Part 3 selesai)

Kembali melanjutkan cerita dan pengalaman yang saya alami di bulan Oktober 2014, setelah sebelumnya ada part 1 dan part 2 maka sekarang adalah part 3 bagian terakhir.

Ceritanya di pertengahan bulan Oktober 2014, ayah saya divonis kanker stadium 3 dan harus dirujuk ke RS di Jakarta. Karena saya satu-satunya keluarga yang tinggal di dekat Jakarta maka sayalah yang membantu semua kebutuhan kedua orang tua selama ada di Jakarta karena saudara saya yang lainnya tinggal di Jambi dan Medan. Pengalaman yang saya alami adalah susahnya mengurus prosedur penggunaan BPJS untuk pasien yang dirujuk dari luar daerah dan mencari rumah sakit yang bersedia menerima pasien BPJS itu. Alhamdulillah setelah susah payah akhirnya diterima di RSPAD Jakarta. Selama 1 minggu ayah saya dirawat dan selama seminggu itu juga saya harus bolak balik Jakarta-Bogor karena waktu itu saya juga harus mempersiapkan administrasi untuk sidang ujian Tesis saya. Pilihan yang berat antara harus menemani orang tua dan mempersiapkan diri untuk ujian, kemudian ditambah lagi saat itu juga saya ditunjuk untuk menghandle sebuah proyek desain taman di Bogor. Saya selalu dihubungi oleh kantor untuk datang ke kantor buat koordinasi dan mengawasi pekerjaan adik-adik kelas yang ikut bekerja dikantor waktu itu. Pikiran saya pada saat itu benar-benar terpecah dan tidak bisa fokus, baru kali ini saya mengalami kejadian dimana pikiran saya tidak bisa fokus pada 1 hal saja. 

Akhirnya saya membuat prioritas, yang utama adalah orang tua, bagaimanapun kedua orang tua tetap yang utama bagi saya apalagi dalam keadaan ayah yang sedang sakit parah dan harus dioperasi. Yang kedua adalah ujian Tesis saya, persiapan bisa dilakukan di sela-sela waktu kosong saat di rumah sakit meskipun hasilnya mungkin tidak bisa maksimal. Dan prioritas yang ketiga adalah pekerjaan, pekerjaan saya waktu itu saya tinggalkan dan hanya berkoordinasi jarak jauh melalui telpon atau sms. 

Puncaknya adalah tanggal 23 Oktober yaitu tanggal dimana saya ujian Tesis untuk menentukan kelulusan studi S2 saya dan pada tanggal itu juga kedua orang tua saya harus berangkat kembali lagi ke Jambi. Sedih rasanya tidak bisa menemani/mengantarkan orang tua ke Bandara dan membiarkan cuma ibu sendiri yang membimbing ayah berjalan sekaligus membawa barang-barang bawaan dan tidak terbiasa dengan kondisi bandara Soetta. Sehari sebelum pulang dan sebelum ujian Tesis, saya menyempatkan untuk bertemu kedua orang tua di Jakarta sekaligus minta doa restu untuk ujian esok harinya. Persiapan saya pada H-1 waktu itu sangat sangat seadanya, hanya pasrah pada Yang Maha Kuasa. Berat rasanya berpisah dan melihat kondisi ayah yang waktu itu masih sakit dan lemah, tapi saya punya kewajiban yang harus diselesaikan. Pada saat ujian dengan bermodalkan kepercayaan diri dan persiapan yang terbatas, akhirnya saya berhasil mendapatkan kelulusan dengan gelar MSi. Meskipun saya pribadi merasa tidak puas dengan jawaban-jawaban terhadap pertanyaan yang diberikan oleh penguji. Lega bercampur senang waktu itu akhirnya beban yang ada dipundak ini menjadi lebih ringan dari sebelumnya dan bisa memberi kabar bahagia kepada kedua orang tua yang hari itu dalam perjalanan pulang ke Jambi. 
Bulan Oktober 2014 itu saya merasa benar-benar "diuji".

Perjuangan mendapatkan gelar MSi akhirnya selesai, mission complete!

Menjadi mahasiswa ke-3 yang lulus di angkatan 2012 Prodi ARL


Kamis, 01 Januari 2015

Oktober yang luar biasa (Part 2)

Sebelum tutup buku tahun 2014 sebenarnya masih ada beberapa cerita yang ingin dituangkan di blog ini
salah satunya adalah lanjutan dari cerita di bulan Oktober yang luar biasa kemarin.

Oktober 2014 adalah bulan yang paling bikin gw pusing sebab di bulan ini kejadian datang bertubi-tubi dan diwaktu yang bersamaan seperti orang tua gw datang ke Jakarta karna ayah harus dirawat didiagnosa kanker, trus ada proyekan yang mulainya entah kenapa berpas-pasan dengan kedatangan orang tua gw, kemudian gw juga harus mempersiapkan diri untuk ujian tesis. Di bulan ini juga lagi pusing-pusingnya dengan masalah finansial, udah gak ada pemasukan sejak beasiswa selesai di bulan agustus dan  pengeluaran yang rutin tiap bulannya.

Suatu hari di akhir Agustus, gw bareng si Pram sm bro Ray jalan dikoridor FEMA sambil baca-baca mading sekilas. Di situ ada poster seminar Agroforestri Nasional dan didalamnya ada lomba-lomba seperti fotografi.
Iseng gw berpikir untuk coba ikutan, namanya juga usaha kalau menang lumayan ada pemasukan. Besok-besoknya gw mulai cari stok foto yang pernah gw jepret yang berkaitan dengan tema agroforestri. Deadline pemasukan foto waktu itu sekitar minggu awal Oktober dan pengumumannya akhir Oktober. Waktu ngenet dikampus dengan sepupu gw Johan yang masih di bogor waktu itu, gw submit 2 buah foto yaitu "Agroforestri Gunung Mas, Puncak" dan foto "Baduy Panen Sengon". Foto yg pertama diambil waktu praktikum PLB dan yang kedua waktu praktikum APLB ke Kampung Baduy. Awalnya tidak ada harapan besar untuk bisa juara, ya..syukur-syukur dapet juara 3 udah alhamdulillah...
Tapi kenyataannya yang bikin gw kaget waktu buka pengumuman di web-nya langsung terpampang foto kedua gw yaitu "Baduy Panen Sengon" dan ada labelnya juara 1 !!!
Rasanya kaget bahagia dan gak percaya kok bisa juara 1 Alhamdulillah... :D
Beberapa hari setelahnya gw dihubungi oleh pihak CIFOR selaku panitianya untuk hadir di penyerahan hadiah.


Sebagai juara 1 gw menerima penghargaan uang tunai, sertifikat, dan merchandise dari CIFOR. Rezeki dari Allah datangnya bisa dari mana saja yang penting kita mau usaha dan mencoba. ini adalah Lomba fotografi pertama yang gw ikuti dan dapat juara 1 pula, hahahaa..
Oia, selain hadiah, foto hasil karya gw juga dimuat dalam semacam buletin/majalah KIPRAH milik CIFOR yang diterbitkan bulan Desember 2014 berikut dengan artikel singkatnya. Bisa dibuka di link berikut: