expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Jumat, 20 Desember 2013

Korupsi Ruang

Kali ini agak serius dikit tulisannya,
Terilhami dari pengalaman yang selalu terulang menjadi korban tindak pidana korupsi.
kalau selama ini yang dikenal korupsi uang, barang, lahan, waktu, dll karena yang diliat cuma yang tangible. kali ini gw mencoba utk melihat dari sisi intangible-nya yang tak terlihat secara fisik yaitu korupsi ruang (space corruption).

pengalaman yang gw alami sebenarnya masalah kecil dan sangat sepele tapi dampaknya bisa merugikan dan menimbulkan ketidaknyamanan buat orang lain. korupsi ruang disini gw artikan sebagai tindakan mengambil space hak milik orang lain tanpa izin baik sengaja maupun tidak disengaja sehingga menimbulkan kerugian dan ketidaknyamanan bagi korbannya.
contoh kecilnya saja, saat solat di masjid/musholla sering kali kita atau orang lain kalau sedang solat berdiri posisi kaki kita melewati garis batas sajadah sehingga orang yang dibelakang kita space utk solatnya jadi berkurang. pengalaman ini sangat sangat sering gw alami. udah jelas-jelas di masjid itu sajadahnya ada batas antar shaf tapi tetap berdirinya ngambil space sajadah orang yg di belakangnya. terkadang pas mau sujud kepala kita terbentur dengan kaki orang yang di depan (si koruptor). atau pas mau rukuk kepala kita pas kena ke pantatnya. Bahkan selesai solat pun seakan tanpa rasa bersalah si koruptor duduknya masih ngambil space orang yg di belakangnya. lalu, di dalam solat dianjurkan untuk merapatkan shaf sehingga antara satu orang dengan orang disebelahnya badannya saling bersentuhan/bersinggungan. tapi apa yang sering gw lihat di masjid saat jamaah ada seorang dua orang yang masih korupsi ruang. satu blok sajadah hanya diisi oleh dirinya sendiri, kakinya sengaja dilebarin biar full 1 sajadah milik dia, padahal yang solat dibelakangnya mepet-mepetan gak ada tempat lagi.

ini cuma sekedar pendapat saja, mungkin ada yang setuju ada juga yang nggak. tapi gw cuma menyarankan kalau kita harus punya sense of space yg baik dimanapun kita berada dan dalam aktivitas apapun. jangan sampai keberadaan (posisi) kita dan aktivitas kita jadi mengganggu kenyamanan orang lain disekitar kita. :)


1 komentar:

  1. Nah, kalau pengalaman ane, terkadang ane nggak niat lebarin kaki ke sejadah orang bro sebelah ane bro. Tapi kan merapatkan shaf itu kaki harus saling merapat bro. Terkadang orang di kiri atau kanan ane itu nggak rapatin shaf.

    Padahal kan dalam hadist ada yang gini:

    1) Anas bin Malik mengatakan bahwa Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda,”Rapikanlah shaf-shaf kalian karena sesungguhnya saya dapat melihat kalian dari belakang punggungku. Dan seorang di antara kami merapatkan pundaknya dengan pundak temannya, dan kakinya dengan kaki temannya.” (HR Bukhari).

    2) Dari An Nu'man bin Basyir radhiallahu 'anhu, dia berkata "Saya melihat seseorang menempelkan pundaknya dengan pundak teman (di sebelah) nya, lututnya dengan lutut teman (di sebelah) nya, dan mata kakinya dengan mata kaki teman (di sebelah) nya." (HR Abu Daud).

    Hanya yang terjadi saat ini hal tersebut nggak diamalkan banyak orang. Banyak yang menganggap shaf itu adalah batas sajadah kita. Makanya ane terkadang terpaksa lebarin kaki biar bisa saling bersinggungan ma kiri dan kanan ane... hmmm,,,

    BalasHapus